Senin dini hari, 6 Februari 2023, pesawat SAUDIA berputar baling-balingnya, melaju mengudara menuju Semenanjung Arabia.
Sesampai di langit “Qornul Manazil”; miqot tempat kewajiban berihrom ditunaikan, suara petugas pesawat mengumumkan bahwa saatnya penumpang berniat umroh, segera mengenakan pakaian ihrom dan berniat “Labbaikallohumma Umrotan”.
Subhanallah, sekian lama menanti rindu kepada Al-haromain, beberapa tahun tidak diperkenankan karena pandemi covid-19 yang melanda semua negara dunia, rupanya karena itu pula lah yang membuat jamaah umroh saat ini membludak.
Arus manusia dari berbagai belahan dunia terus berdatangan tanpa henti menuju satu arah, satu tujuan yaitu Ka’bah al-Musyarofah dan Makam Baginda Rasululloh saw di tanah suci.
Dengan membludaknya jamaah umroh, tentu dibutuhkan pengelolaan yang tepat. Kesalahan prediksi dan kekeliruan atau pengabaian dalam perencanaan manajemen SDM akan berakibat fatal dan berdampak kepada kekacauan dalam berbagai hal, terutama penginapan dan transportasi, baik udara maupun darat khususnya.
Perjalanan umroh saya kali ini merupakan perjalanan yang penuh liku-liku, meski di luar ekspektasi rombongan saya, namun memberi banyak hikmah dan pelajaran kehidupan, yang terpenting pelajaran sikap syukur dan sabar.
Saya yakin, bahwa peristiwa-peristiwa di tanah suci yang terjadi pada diri saya merupakan bagian dari cara Allah SWT menghapus dosa-dosa dan kesalahan saya, sebagaimana saya yakin, bisa jadi Allah SWT sedang menguji saya untuk satu tujuanNya terhadap diri saya, semoga berupa kebaikan dalam hidup atau mungkin sebaliknya (aku berlindung kepada-Nya dari segala bentuk keburukan).
Namun jujur, saya masih penasaran terhadap manajemen pengelolaan umroh di Saudi Arabia dan atau di negeri saya sendiri. Apa dan siapa yang salah? Sehingga kurang mampu mengantisipasi arus jamaah umroh yang membludak, wallahualam bish-shawab.
Keingintahuan saya dilatari oleh kekhawatiran terhadap salah paham dan praduga buruk kepada travel-travel pembimbing umroh itu sendiri, yang jauh belasan tahun sebelumnya sempat menjadi momok terhadap sebagian travel umroh, bahwa mereka hanya memikirkan keuntungan semata tanpa peduli dengan bimbingan, kenyamanan, dan kemabruran umroh para jamaah.
Dilema, antara keinginan untuk beribadah khusyu tanpa peduli dengan apa yang terjadi, dengan rasa ingin tau.
Dalam situasi kekacauan pikiran tersebut, saya tertegun dan tertegur saat di pemakaman Syuhada Uhud, terbayang perjuangan dan pengorbanan baginda Rasulullah SAW saat kulit pipi beliau sobek, pengorbanan Sayyidina Umar ra, Hamzah ra (Singa Allah) yg gugur di Uhud, juga terbunuhnya 70an sahabat dari pasukan elit pemanah, sampai kepada sosok sahabat perempuan, Nusaibah binti Ka’ab yang menerima 36 tusukan pedang; jika dibanding pengorbanan mereka, apa yang saya hadapi dan sebagian jamaah umroh, sangat jauh nggak ada apa-apanya.
Malu rasanya kalo saya mengeluh hanya soal kamar tidur di hotel dan perubahan jadwal Kereta Eksekutif yang mengakibatkan saya tidak sempat shalat Jumat di masjidil Haram.
Malu rasanya kalo saya harus mengeluh antrian panjang berjam-jam untuk bisa bermunajat di dalam Raudhah beberapa menit.
Renungan akan perjuangan dan pengorbanan Baginda Rasul beserta sahabat memuncakkan emosi. Tangis penuh haru campur rasa malu pun pecah saat saya memimpin jamaah untuk berdoa di depan bukit Rumat (Pemanah) Uhud.
Tak terasa 9 hari kami lalui, tibalah saatnya saya bersama rombongan meninggalkan tanah suci, Al-Haramain yang mulia, semoga doa-doa kami dikabulkan, munajat kami diterima, dan ibadah kami diridhoi Allah SWT, agar kami mampu menata kehidupan beragama kami lebih efektif dengan prestasi peningkatan yang tinggi, juga mampu mendharmakan diri kami untuk bangsa dan negara dengan karya-karya nyata, demi kesejahteraan masyarakat dan semua warga.
Dengan kerendahan hati hamba, perkenankan doa dan harapan kami ya Rabb.
Senin, 14 Feb 2023
Salam Cinta Untuk Negeri Bahagia dan Warga Ceria.
Di Udara bersama SAUDIA.
Salam Hormat saya:
Mohammad Idris,
Wali Kota Depok, Jawa Barat.