mohammadidris.id – Wali Kota Depok Mohammad Idris, hari ini memberikan secara simbolis program bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kecamatan Cilodong.
Sedikitnya 39 warga Kecamatan Cilodong akan menerima manfaat dari program perbaikan rumah menjadi layak huni senilai Rp23 juta dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengatakan, tahun ini penerima bantuan RTLH di Kota Depok sudah berkurang dibandingkan tahun sebelumnya.
“Jumlahnya 1.525 unit (se-Kota Depok tahun 2024), penerima ini sudah berkurang dibanding tahun sebelumnya mencapai 3000-an,” kata Kyai Idris, sapaan Wali Kota Depok dalam sambutan di acara Sosialisasi dan Penyerahan Simbolis Bantuan RTLH 2024 Kecamatan Cilodong di Aula Kantor Kecamatan Cilodong, Senin (27/05/2024).
Dikatakannya, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) lima tahun ke depan diharapkan RTLH sudah tidak ada di Kota Depok.
“Karena untuk realisasi SDGs sesuai arahan Pemerintah Pusat 2030 semua sudah tuntas, kemiskinan diharapkan bisa sampai 1 persen, skrg kita msh 2 koma sekian persen,” tuturnya.
“Mudah-mudahan 2030 sudah tidak ada lagi, paling tidak sesuai target SDGs. Pengangguran terbuka diharapkan sampai 3 persen, kalo 0 persen agak susah,” ujarnya.
Kemudian, lanjut dia, dari sisi pembangunan bisa dilihat RTLH sebagai sebuah upaya penyelesaian persoalan sanitasi, khususnya septictank.
“Ini diusahakan juga diperhatikan harus sesuai SNI, paling tidak yang tidak rembes, kuat minimal 10 tahun,” ucap Kyai Idris.
“Sebab ini akan merusak lingkungan septictank-nya itu, juga bisa pengajuan penyelesaian SNI dalam pembangunan septictank,” ungkapnya.
Menurut Kyai Idris, pembangunan infrastruktur akan mengurangi wilayah kumuh, maka diupayakan di tahun 2030 sudah habis atau tidak ada lagi.
“Tahun depan bisa upayakan dua wilayah kumuh sudah selesai, di Kampung Limo, pembangunan RTLH juga mengurangi kondisi kampung kumuh,” sambungnya.
Selanjutnya dari sisi kesejahteraan, pembangunan rumah layak huni ini juga merupakan upaya mewujudkan meningkatkan kesejahteraan.
“Kalau RTLH semakin banyak nanti anak kita tidak mendapatkan asupan lingkungan rumah yang layak, kalau kondisi enggak layak semangat belajarnya juga kurang,” imbuhnya.
Sedangkan dari sisi kesehatan, menurut Kyai Idris, juga merupakan unsur penilaian kesejahteraan.
“Kalau rumahnya sudah direhab seharusnya tingkat stunting wilayah kita berkurang,” tambahnya.
“Saya klarifikasi catatan pusat bertambah sekitar 2 persen anak stunting, seharusnya sudah 12 persen sekian di bawah nasional dan provinsi, tetapi kemarin meningkat jadi 14,” tuturnya.
Dirinya mengungkapkan, migrasi tambahan penduduk yang datang ke Depok dapat membawa anak dan melahirkan anak yang stunting.
“Jadi stunting baru, kejadian sedang dicek ulang Bappeda dan Dinkes, terbanyak ada di Cilodong tepatnya di Sukamaju dan Jatijajar,” pungkas Kyai Idris.
